KASIH MERUPAKAN JIWA DARI JATI DIRI KEKRISTENAN

Oleh: Pdt. Berbic D. Sitompul, STh

1 Korintus 13: 1 – 13

I.    Pendahuluan

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus ditulis untuk membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Pada waktu itu Korintus adalah sebuah kota Yunani, ibukota provinsi Akhaya yang termasuk wilayah pemerintahan Roma. Kota ini, yang penduduknya terdiri dari banyak macam bangsa, terkenal karena kemajuannya dalam perdagangan, kebudayaannya yang tinggi, tetapi juga karena keadaan susilanya yang rendah dan karena adanya bermacam-macam agama di situ. Yang terutama menjadi pikiran Rasul Paulus ialah persoalan tentang perpecahan dan kebejatan di dalam jemaat, dan tentang persoalan-persoalan percabulan dan perkawinan, persoalan hati nurani, tata tertib dalam jemaat, karunia-karunia Roh Allah, dan tentang bangkitnya orang mati. Dengan pandangan yang dalam, Paulus menunjukkan bagaimana Kabar Baik dari Allah itu menyoroti persoalan-persoalan tersebut. Pasal 13 melukiskan ciri-ciri kasih yang sejati. Pasal ini mungkin merupakan pasal yang paling terkenal di antara semua pasal lainnya di dalam surat Korintus ini.

II.  Penjelasan Nas

Ayat 1-3. Rasul Paulus menggambarkan betapa besarnya peran kasih dalam kehidupan ini. Sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita tanpa henti-hentinya. Sebagai tanda kasih Tuhan kepada kita adalah Dia selalu mengampuni kita. Dalam 1 Korintus 13:1-13 ini Rasul Paulus menegaskan bahwa karunia yang paling utama yang harus dipraktekkan oleh setiap warga gereja untuk membangun tubuh Kristus adalah kasih. Semua karunia sehebat apa pun, akan menjadi sia-sia tanpa kasih dan tidak berguna bagi orang lain dan juga bagi diri sendiri. Siapa dari kita yang tidak seperti jemaat Korintus, menganggap penting karunia berkomunikasi, karunia nubuat, hikmat, iman, atau karunia berkorban dalam pelayanan? Bila kita sadar bahwa Yesus rela mengorbankan diri-Nya demi menebus kita maka kita merasakan kasih Tuhan itu tidak terbatas atas diri kita. Sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus, kita pun seharusnya bisa merefleksikan kasih Tuhan yang tidak terbatas itu kepada orang lain. Kasih bukan saja salah satu dari ciri khas orang Kristen, tetapi jiwa dari jatidiri orang Kristen. Ketika kita memberi sesuatu dengan motif lain dan bukan berdasarkan kasih, hal-hal seperti di atas pun mungkin terjadi. Kasih sejati akan membuat kita memberi dengan sukacita, tanpa menyimpan apapun di balik pemberian, dan tidak mengharapkan apapun, bahkan ucapan terima kasih sekalipun. Kasih sejati adalah kasih yang tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih sejati tidak mengharapkan balasan, tidak pamrih, dan keluar dari hati sebagai ungkapan kasih kita terhadap orang lain. Semuanya itu penting bila berguna dan bila dilakukan dalam kasih dan digerakkan oleh kasih pula. Penekanan Paulus tentang kasih sebagai jiwa dan jati diri kekristenan kepada orang-orang Kristen di Korintus saat itu merupakan salah satu bentuk ungkapan yang memprihatinkan dirinya. Jemaat Korintus yang merasa dirinya memiliki karunia dari Tuhan, menjadi sombong dan mulai menganggap bahwa diri mereka lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan jemaat yang tidak memiliki karunia tersebut. Kasih akan berkaitan erat dan terwujud dalam beberapa sifat yang mencerminkan sifat Kristus sendiri. Yaitu: kesabaran, kemurahan hati, tidak cemburu, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri. Orang yang hanya mementingkan diri sendiri, berarti tidak memiliki kasih. Akan tetapi orang yang dihidupkan Kristus dan hidup bagi Kristus, itulah yang akan memiliki kasih. Karena itu Paulus memberikan ketegasan bahwa kepandaian berbicara, bernubuat, memiliki hikmat dan pengetahuan manusia jika tidak disertai kasih hanya akan menciptakan kegaduhan, dan membuat dirinya tidak berharga. Orang demikian tidak mencemburui kemajuan atau kemampuan orang lain, melainkan sambil memuji Tuhan dan mendorong kemajuan orang lain. Penekanan Paulus ini memberikan pelajaran penting untuk kita, orang-orang Kristen masa kini, yaitu bahwa kita adalah orang yang dihidupkan oleh Kristus dan bagi Kristus. Karena itu kitalah orang-orang yang akan memiliki dan menyatakan kasih Kristus itu dalam segala aspek kehidupan kita.

Ayat 4-8. Sama seperti orang Kristen di Korintus, kita pun cenderung menganggap penting hanya hal-hal yang berdampak langsung. Pada hal yang utama dan yang terpenting sebenarnya ialah yang dampaknya lama bahkan abadi. Kasih mutlak untuk kualitas kehidupan di kalangan Gereja Kristen sendiri. Jauh melebihi nubuat, kesembuhan ilahi, hikmat, bahasa roh. Kasih itu abadi. Bahkan bila dibandingkan dengan iman dan pengharapan sekali pun, ternyata kasihlah yang abadi. Itu sebabnya kasih harus kita kejar, agar selalu menjiwai sikap dan tindakan kita dalam hidup dan pelayanan. Mengapa ? Kasih akan saudara-saudara perlu ditambah dengan kasih akan semua orang. Sebab kasih kepada semua orang adalah kasih kepada sesama manusia. Ini adalah hukum yang terutama yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus (Mat. 5:43-48; 22:39). Bagi orang percaya, kasih haruslah diwujudkan dalam tindakan nyata. Karena ada banyak orang hidup tanpa pernah merasakan kasih yang nyata. Tugas kitalah sebagai orang-orang percaya adalah untuk menyatakan kasih kepada dunia ini. Selain itu kasih adalah pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan segala hal (Kol.3:14). Jadi kasih itu tidak boleh hanya bersifat eksklusif. Orang Kristen adalah garam dunia dan terang dunia (Mat. 5:13-16). Jadi kita harus memberi warna yang berbeda. Oleh sebab itu betapa hebatnya efek yang dihasilkan oleh hati yang penuh kasih itu. Kasih yang telah diterimanya dari Allah. Oleh karena itu kasih kepada Tuhan dan sesama adalah perintah yang utama dan tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum tersebut. Bahkan kalau kita membaca semua pesan dan perintah di Alkitab, maka kita menyadari bahwa semua perintah tersebut mempunyai dasar kasih, sehingga rasul Paulus mengatakan bahwa kalau seseorang dapat berbicara dengan semua bahasa manusia dan malaikat, dapat bernubuat, memiliki seluruh pengetahuan, memiliki iman, membagi-bagikan harta maupun menyerahkan diri untuk dibakar, namun tanpa kasih, maka semuanya menjadi tidak berguna. Jadi, kita dapat melihat supremasi kasih yang mengatasi segalanya. Agustinus seorang bapak gereja ternama mengatakan: ”jika seseorang memiliki kasih, maka orang tersebut dapat berbuat apapun”. Agustinus melihat betapa pentingnya posisi kasih itu. Kasih Tuhan lebih dari segalanya. Kasih seperti inilah yang menjadi dasar spiritualitas dari setiap orang yang percaya.

Ayat 9-13. Kita percaya bahwa iman dan pengharapan bekerja bersamaan dan kasih itu melengkapinya. Iman akan Tuhan Yesus Kristus, akan menimbulkan pengharapan akan berkat, penyertaan, perlindungan, keselamatan, pertolongan, jawaban doa, kedatangan-Nya kembali, dan sebagainya. Kalau kita sudah beriman dan memiliki pengharapan, tentunya akan menjalankan apa yang diajarkan oleh-Nya. Tentu sekali ajaran yang paling penting adalah hukum kasih. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Kasih melengkapi iman dan pengharapan, dan dengan kasih kita dikenal sebagai murid-murid Kristus (Yoh 13:34-35). Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. Kita harus hidup dalam kasih dan percaya akan kuasa Roh Kudus. Seorang yang dipenuhi Roh Kudus otomatis akan mencerminkan sifat kasih dalam kehidupannya sebab buah-buah Roh adalah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-25). Di sini Paulus menekankan bahwa memiliki karunia Roh tanpa mempunyai kasih tidak berguna sama sekali. “Jalan yang lebih utama lagi” ialah menjalankan karunia rohani dalam kasih. Sebagai satu-satunya keadaan di mana karunia rohani dapat memenuhi kehendak Allah, kasih haruslah menjadi prinsip yang mengendalikan semua manifestasi rohani. Mereka harus dengan sungguh-sungguh menginginkan hal-hal dari Roh karena mereka dengan tulus ingin menolong, menghibur, dan memberkati orang lain dalam hidup ini. Karena itu, Paulus menasihati jemaat Korintus untuk “mengejar kasih itu dan berusaha memperoleh karunia Roh”.

III. Kesimpulan

Dalam kehidupan orang Kristen kasih bukan sekadar identitas atau ciri kekristenan tetapi jiwa dan jati diri kekristenan. Kasih adalah sesuatu yang mutlak ada dalam kehidupan orang Kristen. Semua karunia yang dimiliki orang Kristen, tidak berarti apa-apa jika tidak didasari oleh kasih. Karena kita adalah milik Kristus, dan hidup di dalam Kristus. Oleh sebab itu, marilah kita saling mengasihi, saling membangun iman, saling memberikan pengharapan. Di tengah keadaan dunia yang semakin memburuk. Jadikanlah senantiasa kasih sebagai tujuan tertinggi dan garis akhir yang paling ingin kita raih. Rasul Yohanes berkata: “Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1Yoh. 3:18). Amin.

One response to “KASIH MERUPAKAN JIWA DARI JATI DIRI KEKRISTENAN

  1. Maju terus pak…God bless you

Leave a comment